Menembus Hutan Harapan Jambi, Mengungkap Biodiverstas Ikan Sebagai Dasar Pembuatan Aplikasi Go Iwak
Hutan Harapan, merupakan areal restorasi ekosistem yang pertama di Indonesia berada di Provinsi Jambi dan Sumatra Selatan. Luas areal Hutan Harapan ± 100.000 Ha, saat ini dikelola oleh PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) dan memiliki tipe ekosistem hutan sekunder dan perairan daratan. Hutan Harapan memiliki empat sub daerah aliran sungai (DAS) yaitu: Lalan, Kandang, Meranti dan Kapas. Setiap DAS terdiri atas beberapa sungai kecil, serta rawa banjiran yang membentuk satu kesatuan ekologis. Terdapat ±37 badan air di Hutan Harapan seperti: Danau Tiung Luput, Danau 41, Danau Camp, Danau Hitam, Danau Rohani, Rawa Klompang, Sungai Meranti, Sungai Kandang,Sungai dan Sungai Kapas.
Hutan Harapan Jambi memiliki keanekaragaman spesies ikan asli yang tinggi yaitu 123 spesies, 62 genera, dan 24 famili. Keanekaragaman paling banyak adalah famili Cyprinidae dengan 59 spesies ikan dan jumlah spesies tertingggi di Sungai Kapas. Berdasarakan Sukmono (2013); Sungai Kapas memiliki keanekaragaman fauna ikan yang tinggi 111 spesies, berikutnya Sungai Kandang 38 spesies, Sungai lalan 33 spesies, Danau Camp 28 spesies, Danau Tiung luput 24 spesies, Rawa Klompang 19 spesies, Danau Rohani 7 spesies, dan Danau Empat Satu 2 spesies. Hal ini sangat dimungkinkan karena Sungai Kapas merupakan sungai besar di areal hutan hujan tropis dataran rendah Sumatera dengan kondisi habitatnya relative belum terganggu. Habitat yang baik mampu menjaga ketersediaan nutrisi, pemijahan, dan pemeliharaan larva bagi organisme yang ada diperairan seperti ikan. Sungai kapas dari upstream, middlesteram, dan downstream memiliki banyak anak sungai dan rawa-rawa banjiran. Kegiatan survei ini ditujukan untuk membuat foto hidup ikan yang ada di Hutan Harapan, sebagai penunjang penyusunan aplikasi Go Iwak.
Menembus Sungai Kapas Hutan Harapan
Pengambilan sampel ikan di Sungai Kapas Hutan Harapan untuk penyusunan aplikasi Go Iwak telah dilakukan pada musim kemarau dan penghujan 2019-2020. Survey pertama dilakukan pada bulan Juli- Agustus 2019 mewakili musim kemarau dan survey kedua pada Bulan Maret 2020 mewakili musim
penghujan. Pada setiap survai tim dibantu oleh lima orang mahasiwa, dua staff Hutan Harapan dan beberapa tim dari club otomotif Indonesia of Nissan Terano (IONT Chapter Jambi) dan Toyota Landcrusier Club Indonesia (TLCI) Chapter Jambi. Kendaraan pendukung meliputi: Nissan terano, Hardtop, Hilux double cabin, dan Jimmy Siera, serta motor trail KLX. Kendaran tersebut sudah dimodifikasi untuk menembus hutan, dengan ban besar ukuran 33, dilengkapi dengan lampu tembak, winch penarik, power besar dan double penggerak (4WD). Unit pendukung tersebut disiapkan untuk sampling ikan di Sungau Kapas Hutan Harapan. Sungai Kapas Hutan Harapan berjarak ± 120 Km dari Kota Jambi dengan jarak tempuh sedikitnya empat jam tergantung kondisi medan dan melampui dua tahap perjalanan yaitu Jambi-Camp PT REKI (90 km) dan Camp PT REKI- Sungai Kapas. Perjalanan dari Jambi ke Camp PT REKI melalui perkebunan sawit dan umumnya relative lancar karena jalan sudah diperlebar dan keras, hanya pada titik tertentu pada saat musim penghujan menjadi licin dan berlumpur. Perjalanan dari Camp PT REKI ke Sungai Kapas sangat tergantung dari musim, kondisi kendaraan dan keahlian driver karena banyak tanjakan tajam, jika hujan berlumpur, jalan tali air lebar dan melewati vegetasi bamboo yang rapat..
Pengambilan sampel di musim hujam dilakukan pada Bulan Maret 2020, berangkat dari Jambi menggunakan lima kendaraan yaitu: Nissan Terano, Hardtop (2 unit), Ford ranger, dan Jimy Siera. Anggota tim terdiri atas peneliti 6 orang, Club mobil 7 orang dan wartawan kompas 1 orang. Kegiatan ini diliput oleh wartawan secara live karena memang masih terbatasnya ekplorasi biodiversitas ikan dalam hutan Sumatera, khususnya dari Hutan Harapan. Perjalanan dari Jambi menuju Camp Hutan Harapan lancar, ada beberapa lumpur di areal kebun Sawit PT BSU bisa dilewati dengan lancar, namun perjalanan dari Camp PT REKI ke Sungai Kapas penuh rintangan. Perjalanan dari Camp PT REKI menuju Sungai Kapas dengan jarak 30 Km ditempuh dalam waktu 4,5 jam (pkl 17.00 WIB- 21.30 WIB), hal ini karena banyaknya rintangan yang ditemukan. Berdasarkan informasi mas Musadat (Guide dari PT REKI) track menuju Sungai Kapas pada saat itu sudah lebih tiga bulan tidak dilewati oleh mobil dan curah hujan sangat tinggi. Informasi awal: beberapa titik jalan ada yang longsor sehingga awalnya tim berkeputusan untuk membuat jalan baru menembus hutan. Umumnya setelah lama tidak dilewati ada beberapa pohon yang tumbang karena lapuk dan angin, sehingga tim mempersiapkan diri membawa Chain saw dan seling penarik, serta mobil formasi konvoi.
Konvoi diatur dengan mobil yang dilengkapi dengan lampu tembak dan winch penarik depan belakang sebagai leader untuk menembus jalan, Rintangan pertama adalah adanya tali air; bekas jalan air yang besar-besar sehigga mobil terperosok ke dalam tali air, namun bisa dilewati. Selanjutnya pada pukul 18.30 dan 20.00 tim terhalang oleh pohon yang roboh menghalangi jalan, dengan chain saw pohon yang tumbang bisa disingkirkan, perlu waktu 30 menit untuk membersihkan pohon tumbang tersebut (Gambar 5). Halangan berikutnya adalah tim harus menembus lebatnya hutan bambu sepanjang ± 7 km. Pada saat kondisi normal bambu-bambu tersebut tidak menghalangi jalan, namun karena sudah lama tidak ada yang lewat ujung bambu banyak yang melintang di jalan. Perjalanan menembus hamparan bambu perlu kewaspadaan tinggi karena, bambu posisinya siap menggores body mobil maupun tertabrak kaca mobil. Beberapa kali konvoi kendaraan harus berhenti untuk menebang bambu yang hampir mengenai kaca mobil. Perlu waktu hampir dua jam untuk menembus hamparan bamboo karena harus ekstra hati-hati. Setelah melewati rumpun bamboo, halangan lain adalah bahwa pada beberapa titik ada bagian dari jembatan kayu yang longsor dan berlubang, sehingga setiap mobil harus dipandu dan diarahkan agar tidak terperosok ke lubang..
Untuk berita lengkap bisa dibaca pada WARTA IKTIOLOGI Vol 4(2) Agustus 2020: 32-39,
http://iktiologi-indonesia.org/wp-content/uploads/2020/12/10-Tedjo-Sukmono-Menembus-Hutan-Harapan.pdf